Senin, 04 November 2013

SuntQ presents:
Close to You
Rating   : 17+
Length: Chapter
Genre    : Romance, Drama
Main Cast: Byun Baekhyun (EXO-K) & Kim Taeyeon (Girls generation)
Support Cast : Other arstist of SMent
Disclaimer: semua cast hanya milik Allah semata dan orangtua mereka masing-masing. Saya hanya membuat jalan ceritanya saja. Please do not PLAGIAT!!
Author Note:  Anyyeong chingudeul, ini adalah FF Taeyeon pertama yang baru saya posting di blog resmi FF-nya Teyeon. Saya harap kalian semua menyukainya ya..saya akan sangat senang sekali jika kalian membaca dan memberikan komentar setelahnya. FF ini masih banyak sekali kekurangannya, jadi, mohon kritik dan sarannya ya..Gomawo ^^

Surai pirang kecoklatan itu menari-nari dengan lembutnya karena hembusan angin pelan yang sesekali menguarkan harum tubuhnya. Ujung rambutnya menerpa pipiku dan perlahan aku mendekatkan tubuhku ke punggungnya, semakin dekat dan dekat..hingga aku mendekap punggung kecilnya yang hangat.  Tak ada lagi jarak di antara kami, akhirnya ku tumpukan daguku ke bahunya sambil sesekali menyesap wanginya tubuh seorang gadis yang teramat ku kagumi ini..dalam momen ini kurasakan ia tersenyum, senyum bunga mataharinya yang selalu membuatku tak berhenti untuk selalu mengaguminya dan mencintainya..
Iya..aku mencintaimu “Noona..”
“Sreeet!!”
Suara gesekan gorden itu menginterupsi momen indahku, cahaya matahari  langsung melesak menembus kelopak mataku yang mau tak mau terbuka karenanya.
“Sampai kapan kau mau tidur terus Baekki? Ini sudah siang..makan sarapanmu atau kuhabiskan jatahmu itu dengan secepat kilat! Ayo cepat, bukankah hari ini kita harus latihan?”
Ah, Chanyeol..selalu seperti ini. Kenapa kau harus menjadi distorsi dalam momen indah langka yang selalu ku harap dalam hidupku? Rasanya aku ingin menangis dalam hati saja..karena tak mungkin aku yang statusnya baru bangun tidur menangis tanpa alasan di hadapannya.  Aku mengerjapkan mataku berkali-kali dan berusaha bangkit dari posisi tubuhku yang masih berbaring. Sekarang aku duduk di atas kasurku, dengan baju yang kusut tampang kuyu, apalagi rambutku yang berantakan. Chanyeol beranjak dari kamar dan kemungkinan ia pergi ke ruang makan.
Aku menguap dan menggeliatkan badanku sedikit, kucoba untuk beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi. Hari ini aku memang bangun siang sekali mungkin karena acara semalam yang baru selesai sekitar jam 12 malam..dan kita baru sampai di asrama jam 2 pagi. Wajar saja kalau aku atau beberapa member EXO lain kesiangan. Tapi waktu tidurku yang terpotong itu adalah malam yang benar-benar indah, karena setidaknya aku bisa dekat denganmu walaupun hanya dalam mimpi Noona..
***
Setelah selesai mandi, aku pergi ke ruang makan dan sarapan bersama member EXO lainnya. Tak lama setelah ini kami harus segera menuju ke gedung latihan, karena kami harus latihan untuk single baru kami “Growl”. Yup, memang hari-hari dengan detik-detik yang melelahkan, tapi aku dan yang lain menikmatinya. Karena ini adalah salah satu jalan untuk menggapai mimpi kami, maka kami harus menjalani dan menikmatinya sebaik mungkin.
Setelah kami semua selesai sarapan, kami pun bergegas untuk pergi ke gedung latihan. Dalam hati aku sangat berharap aku bisa bertemu Taeyeon Noona, dialah cahayaku, dan semangat hidupku sehingga aku jarang sekali mengeluh apabila menjalani latihan yang keras hanya dengan melihat wajahnya walau cuma beberapa detik. Oh ayolah..Tuhan, pertemukan aku dengannya hari ini..
Latihan pun dimulai, tampang-tampang serius dari wajah kami pun makin terpancar kala detik-demi detik kami melakukan dance yang lembut tapi enerjik untuk single terbaru kami Growl. Tetes demi tetes keringat membasahi tubuhku.
“Ha..h, inilah yang dinamakan perjuangan Baekhyun! Nikmati proses ini, karena nanti kau juga akan memetik manisnya hasil dari perjuanganmu ini. Semangat!!”
Author POV
Seharian penuh para member EXO berlatih dance untuk single terbaru ini. Akhirnya pelatih menyudahi latihan dan mengakhirinya. Tak terasa hari sudah malam, dan mereka berniat untuk makan malam di luar. Baekhyun menggerutu dalam hati, hari ini ia merasa sedikit kecewa karena tidak bertemu dengan Noona pujaannya “Taeyeon”. Biasanya Taeyeon sering berada di tempat latihan bersama member SNSD lainnya, namun entah kenapa hari ini mereka tak muncul.
Tak memakan waktu lama untuk sampai di tempat makan yang dituju. Para member EXO disertai manajer turun dari dalam mobil dan segera masuk ke dalam restoran yang memang sudah seringkali mereka kunjungi. Malam ini restoran ramai seperti biasanya, namun karena sistem keamanan di restoran ini terjamin, para member EXO tidak perlu khawatir akan diserbu para fans yang mengejar-mengejar mereka dengan penuh obsesi. Saat mereka mencari meja untuk makan, tiba-tiba perhatian semua member termasuk manajer teralihkan karena di salah satu meja, ada beberapa member SNSD yaitu Tiffany, Yoona, dan Jessica yang sedang makan malam. Merasa diperhatikan, ketika ketiga gadis itu tahu siapa yang menyadarinya, sontak mereka melambaikan tangannya kepada para member EXO untuk bergabung bersama mereka. Ajakan itu disambut dengan senang hati oleh para member EXO terutama Baekhyun yang notabene-nya sebagai fanboy SNSD, kesempatan ini ingin ia gunakan untuk menanyakan bagaimana kabar “Noona”nya.
Akhirnya para member EXO bergabung dengan ketiga gadis nyentrik dari SNSD itu. makan malam hari ini sangat ramai dan menyenangkan karena diselingi canda tawa dan berbagi cerita antar sesama artis satu manajemen itu. Baekhyun pun merasa senang, namun ia ingin sekali kebahagiaannya lengkap dengan kehadiran Taeyeon. Ia sangat ingin menanyakan bagaimana kabar Taeyeon dan dimana dia saat ini, namun Baekhyun urung menanyakan hal itu, karena ia yakin pasti nantinya akan menjadi bulan-bulanan para member EXO yang lain juga ketiga sunbaenya itu. Baekhyun merasa sedikit penat dan ingin membasuh mukanya, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke toilet. Tiba-tiba Tiffany melirik jam tangan yang melingkar manis di tangannya dan sedikit menggerutu.
“Aduh..kenapa Taeyeon lama sekali? Kenapa dia belum kembali dari tadi?”
“Wae? Taeyeon noona ada disini?” Chanyeol bertanya penasaran
“Ne..kami datang berempat kesini, tadi dia berkata ingin pergi ke toilet namun sampai sekarang belum kembali juga. Aku khawatir dia susah kembali karena mulai mabuk”.
“Mabuk? Memang tadi taeyeon Noona meminum alkohol?” Sehun ikut-ikutan bertanya.
“Hee..iya sedikit arak beras, tapi Taeyeon itu tidak kuat minum. Pasti dia sudah mulai pusing sekarang, sebaiknya aku menyusulnya”. Jawab Tiffany.
Baekhyun yang sudah keluar dari toilet melihat sesuatu yang menyita perhatiannya. Di sudut ruangan sebelah kiri pintu luar toilet wanita, ia melihat seorang yeoja berperawakan kecil bersandar pada dinding dan menunduk. Rambutnya yang panjang dan berwarna pirang kecoklatan itu menutupi wajahnya. Astaga, warna rambut itu? Mirip sekali dengan Taeyeon Noona, pikir Baekhyun.
Meski tak yakin perlahan Baekhyun menghampiri yeoja itu, dan berdiri di hadapannya.
“Maaf, apa ini Taeyeon noona?” Tanya Baekhyun.
Yeoja itu tidak merespon dan masih menundukkan kepalanya, Baekhyun perlahan dan sedikit hati-hati menyentuh bahu kiri yeoja itu.
“No-noona..”
Tak lama setelah Baekhyun menyentuh bahu yeoja itu ia segera mendongakkan kepalanya dan benar saja itu adalah Taeyeon, Baekhyun tersenyum lembut. Dengan wajah yang agak memerah dan tatapan yang sayu Taeyeon melihat kearah Baekhyun.
“ne~ kenapa..? oh..Baekhyun..ne, my yeopeo dongsaeng~”
Melihat keadaan Taeyeon seperti itu, Baekhyun merasa heran dan ingin memastikan keadaan noona tercintanya tersebut.
“No-noona kenapa? Kenapa ada disini sendirian?” Tanya Baekhyun khawatir.
“Anya..aku tidak sendirian..aku bersama Tiffany dan yang lainnya tapi mereka tidak menjemputku, aku lupa jalan dan pusing Baekki~”
“A-apa noona mabuk? Kenapa jalan-jalan sendirian? Ya sudah ayo kita kembali dan bergabung bersama yang lainya”. Baekhyun memegang kedua bahu Taeyeon dan mencoba memapahnya, tapi gadis itu tetap diam dan tidak mau berjalan.
“wae? Kenapa noona?”
“…”
Taeyeon diam dan tak menjawab pertanyaan Baekhyun. Tiba-tiba ia mengalungkan lengannya pada leher Baekhyun dan mencoba merapatkan tubuhnya dengan namja berwajah imut itu. taeyeon menarik wajah Baekhyun agar semakin dekat dengan wajahnya, Baekhyun terkejut dan tak bisa berbuat apa-apa ia sudah terjerat oleh perlakuan noona-nya ini. Wajah Baekhyun memerah karena jarak wajahnya dan wajah Taeyeon hanya berjarak beberapa centi saja.
“Aku menyayangimu~” bisik Taeyeon pada Baekhyun dan setelah itu taeyeon segera menarik wajah Baekhyun dan mencium bibirnya. Bukan hanya sekedar ciuman sekilas, namun ia beberapa kali menciumi bibir Baekhyun dan membuka bibirnya. Sementara Baekhyun sendiri hanya bisa membelalakan matanya dan tak percaya akan apa yang sedang dialaminya saat ini. Namun ketika ia melihat wajah Taeyeon yang menciumnya, hatinya luluh dan mencoba membalas ciuman noona-nya dengan lembut. Ia melingkarkan lengannya di pinggang Taeyeon dan mencoba memeluk Taeyeon lebih erat. Taeyeon masih belum berhenti menciumnya dan begitu pula Baekhyun yang saat ini berusaha membalas ciumannya.
            Cukup lama mereka seperti itu, sampai akhirnya Baekhyun menyadari realita mereka yang kini tengah berada di tempat umum. Baekhyun yang pertama kali melepaskan bibirnya dan berusaha menjauhkan tubuh Taeyeon darinya. mereka sedikit terengah-engah karena kekurangan pasokan oksigen..sampai bibir taeyeon pun sedikit merah dan basah karena perlakuan Baekhyun. Jantung Baekhyun begitu berdebar-debar dan ia tak bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan sekarang, sampai akhirnya suara seseorang menginterupsi mereka berdua.
“Baekhyun , Taeyeon..sedang apa kalian di sini?”
Pemilik suara itu ternyata adalah Tiffany.
Baekhyun terkejut dan memperlebar jaraknya dengan Taeyeon, ia mengusap pundaknya dan tersenyum malu.
“A-anya noona, aku menemukan Taeyeon noona di sini, dia kesulitan berjalan karena pusing katanya”.
“Ne~ Tiffany-ah aku pusing, dan lupa jalan..he he he” Taeyeon menimpali dengan kesadarannya yang hampir berkurang.
Tiffany berdecak, lalu segera menghampiri Taeyeon dan menggenggam tangannya.
“Ck, kataku juga apa kamu jangan minum begini kan jadinya..ayo Baekhyun kita kembali kesana”.
“Ne..ayo”. Baekhyun berjalan di samping Taeyeon dan memperhatikannya, takut Taeyeon jatuh karena jalannya sedikit sempoyongan. Dalam pikirannya Baekhyun tak percaya akan apa yang dialaminya hari ini, ia berciuman dengan Taeyeon sementara dadanya bergemuruh bagai genderang yang terus ditabuh entah bagaimana caranya ia harus mengungkapkan perasaan ini.
To Be Continued..
Maaf ya Chapternya pendek, tapi saya usahain untuk update secepat mungkin. Doakan semoga lancar ya..see you later ^^



Rabu, 30 Oktober 2013

Fanfiction Close to You



SuntQ:

Close to You
Rating   : 17+
Length: Chapter
Genre    : Romance, Drama
Main Cast: Byun Baekhyun (EXO-K) & Kim Taeyeon (Girls generation)
Support Cast : Other arstist of SMent
Author Note:  Anyyeong chingudeul, ini adalah FF Taeyeon pertama yang baru saya posting di blog resmi FF-nya Teyeon. Saya harap kalian semua menyukainya ya..saya akan sangat senang sekali jika kalian membaca dan memberikan komentar setelahnya. FF ini masih banyak sekali kekurangannya, jadi, mohon kritik dan sarannya ya..Gomawo ^^

Surai pirang kecoklatan itu menari-nari dengan lembutnya karena hembusan angin pelan yang sesekali menguarkan harum tubuhnya. Ujung rambutnya menerpa pipiku dan perlahan aku mendekatkan tubuhku ke punggungnya, semakin dekat dan dekat..hingga aku mendekap punggung kecilnya yang hangat.  Tak ada lagi jarak di antara kami, akhirnya ku tumpukan daguku ke bahunya sambil sesekali menyesap wanginya tubuh seorang gadis yang teramat ku kagumi ini..dalam momen ini kurasakan ia tersenyum, senyum bunga mataharinya yang selalu membuatku tak berhenti untuk selalu mengaguminya dan mencintainya..
Iya..aku mencintaimu “Noona..”
“Sreeet!!”
Suara gesekan gorden itu menginterupsi momen indahku, cahaya matahari  langsung melesak menembus kelopak mataku yang mau tak mau terbuka karenanya.
“Sampai kapan kau mau tidur terus Baekki? Ini sudah siang..makan sarapanmu atau kuhabiskan jatahmu itu dengan secepat kilat! Ayo cepat, bukankah hari ini kita harus latihan?”
Ah, Chanyeol..selalu seperti ini. Kenapa kau harus menjadi distorsi dalam momen indah langka yang selalu ku harap dalam hidupku? Rasanya aku ingin menangis dalam hati saja..karena tak mungkin aku yang statusnya baru bangun tidur menangis tanpa alasan di hadapannya.  Aku mengerjapkan mataku berkali-kali dan berusaha bangkit dari posisi tubuhku yang masih berbaring. Sekarang aku duduk di atas kasurku, dengan baju yang kusut tampang kuyu, apalagi rambutku yang berantakan. Chanyeol beranjak dari kamar dan kemungkinan ia pergi ke ruang makan.
Aku menguap dan menggeliatkan badanku sedikit, kucoba untuk beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi. Hari ini aku memang bangun siang sekali mungkin karena acara semalam yang baru selesai sekitar jam 12 malam..dan kita baru sampai di asrama jam 2 pagi. Wajar saja kalau aku atau beberapa member EXO lain kesiangan. Tapi waktu tidurku yang terpotong itu adalah malam yang benar-benar indah, karena setidaknya aku bisa dekat denganmu walaupun hanya dalam mimpi Noona..
***
Setelah selesai mandi, aku pergi ke ruang makan dan sarapan bersama member EXO lainnya. Tak lama setelah ini kami harus segera menuju ke gedung latihan, karena kami harus latihan untuk single baru kami “Growl”. Yup, memang hari-hari dengan detik-detik yang melelahkan, tapi aku dan yang lain menikmatinya. Karena ini adalah salah satu jalan untuk menggapai mimpi kami, maka kami harus menjalani dan menikmatinya sebaik mungkin.
Setelah kami semua selesai sarapan, kami pun bergegas untuk pergi ke gedung latihan. Dalam hati aku sangat berharap aku bisa bertemu Taeyeon Noona, dialah cahayaku, dan semangat hidupku sehingga aku jarang sekali mengeluh apabila menjalani latihan yang keras hanya dengan melihat wajahnya walau cuma beberapa detik. Oh ayolah..Tuhan, pertemukan aku dengannya hari ini..
Latihan pun dimulai, tampang-tampang serius dari wajah kami pun makin terpancar kala detik-demi detik kami melakukan dance yang lembut tapi enerjik untuk single terbaru kami Growl. Tetes demi tetes keringat membasahi tubuhku.
“Ha..h, inilah yang dinamakan perjuangan Baekhyun! Nikmati proses ini, karena nanti kau juga akan memetik manisnya hasil dari perjuanganmu ini. Semangat!!”
Author POV
Seharian penuh para member EXO berlatih dance untuk single terbaru ini. Akhirnya pelatih menyudahi latihan dan mengakhirinya. Tak terasa hari sudah malam, dan mereka berniat untuk makan malam di luar. Baekhyun menggerutu dalam hati, hari ini ia merasa sedikit kecewa karena tidak bertemu dengan Noona pujaannya “Taeyeon”. Biasanya Taeyeon sering berada di tempat latihan bersama member SNSD lainnya, namun entah kenapa hari ini mereka tak muncul.
Tak memakan waktu lama untuk sampai di tempat makan yang dituju. Para member EXO disertai manajer turun dari dalam mobil dan segera masuk ke dalam restoran yang memang sudah seringkali mereka kunjungi. Malam ini restoran ramai seperti biasanya, namun karena sistem keamanan di restoran ini terjamin, para member EXO tidak perlu khawatir akan diserbu para fans yang mengejar-mengejar mereka dengan penuh obsesi. Saat mereka mencari meja untuk makan, tiba-tiba perhatian semua member termasuk manajer teralihkan karena di salah satu meja, ada beberapa member SNSD yaitu Tiffany, Yoona, dan Jessica yang sedang makan malam. Merasa diperhatikan, ketika ketiga gadis itu tahu siapa yang menyadarinya, sontak mereka melambaikan tangannya kepada para member EXO untuk bergabung bersama mereka. Ajakan itu disambut dengan senang hati oleh para member EXO terutama Baekhyun yang notabene-nya sebagai fanboy SNSD, kesempatan ini ingin ia gunakan untuk menanyakan bagaimana kabar “Noona”nya.
Akhirnya para member EXO bergabung dengan ketiga gadis nyentrik dari SNSD itu. makan malam hari ini sangat ramai dan menyenangkan karena diselingi canda tawa dan berbagi cerita antar sesama artis satu manajemen itu. Baekhyun pun merasa senang, namun ia ingin sekali kebahagiaannya lengkap dengan kehadiran Taeyeon. Ia sangat ingin menanyakan bagaimana kabar Taeyeon dan dimana dia saat ini, namun Baekhyun urung menanyakan hal itu, karena ia yakin pasti nantinya akan menjadi bulan-bulanan para member EXO yang lain juga ketiga sunbaenya itu. Baekhyun merasa sedikit penat dan ingin membasuh mukanya, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke toilet. Tiba-tiba Tiffany melirik jam tangan yang melingkar manis di tangannya dan sedikit menggerutu.

“Aduh..kenapa Taeyeon lama sekali? Kenapa dia belum kembali dari tadi?”
“Wae? Taeyeon noona ada disini?” Chanyeol bertanya penasaran
“Ne..kami datang berempat kesini, tadi dia berkata ingin pergi ke toilet namun sampai sekarang belum kembali juga. Aku khawatir dia susah kembali karena mulai mabuk”.
“Mabuk? Memang tadi taeyeon Noona meminum alkohol?” Sehun ikut-ikutan bertanya.
“Hee..iya sedikit arak beras, tapi Taeyeon itu tidak kuat minum. Pasti dia sudah mulai pusing sekarang, sebaiknya aku menyusulnya”. Jawab Tiffany.
Baekhyun yang sudah keluar dari toilet melihat sesuatu yang menyita perhatiannya. Di sudut ruangan sebelah kiri pintu luar toilet wanita, ia melihat seorang yeoja berperawakan kecil bersandar pada dinding dan menunduk. Rambutnya yang panjang dan berwarna pirang kecoklatan itu menutupi wajahnya. Astaga, warna rambut itu? Mirip sekali dengan Taeyeon Noona, pikir Baekhyun.
Meski tak yakin perlahan Baekhyun menghampiri yeoja itu, dan berdiri di hadapannya.
“Maaf, apa ini Taeyeon noona?” Tanya Baekhyun.
Yeoja itu tidak merespon dan masih menundukkan kepalanya, Baekhyun perlahan dan sedikit hati-hati menyentuh bahu kiri yeoja itu.
“No-noona..”
Tak lama setelah Baekhyun menyentuh bahu yeoja itu ia segera mendongakkan kepalanya dan benar saja itu adalah Taeyeon, Baekhyun tersenyum lembut. Dengan wajah yang agak memerah dan tatapan yang sayu Taeyeon melihat kearah Baekhyun.
“ne~ kenapa..? oh..Baekhyun..ne, my yeopeo dongsaeng~”
Melihat keadaan Taeyeon seperti itu, Baekhyun merasa heran dan ingin memastikan keadaan noona tercintanya tersebut.
“No-noona kenapa? Kenapa ada disini sendirian?” Tanya Baekhyun khawatir.
“Anya..aku tidak sendirian..aku bersama Tiffany dan yang lainnya tapi mereka tidak menjemputku, aku lupa jalan dan pusing Baekki~”
“A-apa noona mabuk? Kenapa jalan-jalan sendirian? Ya sudah ayo kita kembali dan bergabung bersama yang lainya”. Baekhyun memegang kedua bahu Taeyeon dan mencoba memapahnya, tapi gadis itu tetap diam dan tidak mau berjalan.
“wae? Kenapa noona?”
“…”
Taeyeon diam dan tak menjawab pertanyaan Baekhyun. Tiba-tiba ia mengalungkan lengannya pada leher Baekhyun dan mencoba merapatkan tubuhnya dengan namja berwajah imut itu. taeyeon menarik wajah Baekhyun agar semakin dekat dengan wajahnya, Baekhyun terkejut dan tak bisa berbuat apa-apa ia sudah terjerat oleh perlakuan noona-nya ini. Wajah Baekhyun memerah karena jarak wajahnya dan wajah Taeyeon hanya berjarak beberapa centi saja.
“Aku menyayangimu~” bisik Taeyeon pada Baekhyun dan setelah itu taeyeon segera menarik wajah Baekhyun dan mencium bibirnya. Bukan hanya sekedar ciuman sekilas, namun ia beberapa kali menciumi bibir Baekhyun dan membuka bibirnya. Sementara Baekhyun sendiri hanya bisa membelalakan matanya dan tak percaya akan apa yang sedang dialaminya saat ini. Namun ketika ia melihat wajah Taeyeon yang menciumnya, hatinya luluh dan mencoba membalas ciuman noona-nya dengan lembut. Ia melingkarkan lengannya di pinggang Taeyeon dan mencoba memeluk Taeyeon lebih erat. Taeyeon masih belum berhenti menciumnya dan begitu pula Baekhyun yang saat ini berusaha membalas ciumannya.
            Cukup lama mereka seperti itu, sampai akhirnya Baekhyun menyadari realita mereka yang kini tengah berada di tempat umum. Baekhyun yang pertama kali melepaskan bibirnya dan berusaha menjauhkan tubuh Taeyeon darinya. mereka sedikit terengah-engah karena kekurangan pasokan oksigen..sampai bibir taeyeon pun sedikit merah dan basah karena perlakuan Baekhyun. Jantung Baekhyun begitu berdebar-debar dan ia tak bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan sekarang, sampai akhirnya suara seseorang menginterupsi mereka berdua.
“Baekhyun , Taeyeon..sedang apa kalian di sini?”
Pemilik suara itu ternyata adalah Tiffany.
Baekhyun terkejut dan memperlebar jaraknya dengan Taeyeon, ia mengusap pundaknya dan tersenyum malu.
“A-anya noona, aku menemukan Taeyeon noona di sini, dia kesulitan berjalan karena pusing katanya”.
“Ne~ Tiffany-ah aku pusing, dan lupa jalan..he he he” Taeyeon menimpali dengan kesadarannya yang hampir berkurang.
Tiffany berdecak, lalu segera menghampiri Taeyeon dan menggenggam tangannya.
“Ck, kataku juga apa kamu jangan minum begini kan jadinya..ayo Baekhyun kita kembali kesana”.
“Ne..ayo”. Baekhyun berjalan di samping Taeyeon dan memperhatikannya, takut Taeyeon jatuh karena jalannya sedikit sempoyongan. Dalam pikirannya Baekhyun tak percaya akan apa yang dialaminya hari ini, ia berciuman dengan Taeyeon sementara dadanya bergemuruh bagai genderang yang terus ditabuh entah bagaimana caranya ia harus mengungkapkan perasaan ini.

To Be Continued..
Maaf ya Chapternya pendek, tapi saya usahain untuk update secepat mungkin. Doakan semoga lancar ya..see you later ^^





Senin, 21 Oktober 2013

Pameunteu
(ku Irma susanti)
Angin karasa tiis pisan ngahiliwir niupan kulit, langit katingali geus poék mongkléng, ngan katambaan ku baranangna béntang. Kuring gura-giru leumpang bari tungkul nahan kaambek  jeung kanyeri  nu aya dina dada. Hayang pisan geura nepi ka imah jeung ngajeblagkeun panto sataker habek ngarah kaambek téh kaluar. Karasa pisan diri kuring ayeuna digugulung napsu.
Barang nepi ka imah kuring maksakeun ngocapkeun salam, terus ema ti jero imah mukakeun panto sangkan kuring bisa asup. Kuring ngaleos ngaliwatan ema teu nyium pananganna kawas biasa. Nalika kuring rék indit ka kamar, katingali abah keur nangunyar bari lalajo tipi. Anjeunna ningalikeun kuring nu rusuh indit ka kamar, teu lila kuring nyumponan kahayang napsu ngajeblagkeun panto téa.
“Jeblag!!” tembok jeung kaca nu luhureun panto eundeur ku polah kuring, nu pasti mah ema jeung abah reuwaseun pisan.
“Astaghfirullah’haladzim..na kunaon éta budak téh? ngareuwaskeun waé, kunaon Iis?”
Kadéngé abah ngajorowok nanya bangun ku reuwas jeung rada ambek. Kuring jempling, teu ngawaro si abah. Panto kamar dikonci, tas nu nangkél dina tak-tak dialungkeun kamana baé. Awak digubragkeun kana kasur, Kuring ngarahuh terus nonyokan kasur ku leungeun beulah katuhu bari panon cirambay rék ceurik.
“Aarrrrgh, kunaon maranéh téh? naha jeung kitu?” hik..”
            Tungtungna mah kuring ngan ukur bisa ceurik, ngahinghik ngararasakeun kanyeri haté anu ngabuncah dina dada. Asa beuki nyeri wae mun terus diinget-inget wae mah. Dina kaayaan ceurik kitu, pikiran kuring ngalayang kana kajadian tadi isuk.
***
Halimun isuk saab, pinuh ku réangna sora jelema jeung mesin-mesin boh mobil atawa motor anu pasuliwer di jalan. Saperti biasa kuring indit ka kampus, nuluykeun rarancang nyuprih élmu anu jadi kawajiban. Kuring leumpang asup ka rohangan kuliah, nyampak sababaraha urang bababaturan kuring anu geus diuk dina bangkuna séwang-séwangan. Teu lila babaturan kuring nu liana arasup ogé, rohangan kuliah nu tadina kosong ayeuna mah jadi pinuh sabab para mahasiswana geus daratang. Teu lila, Pa Darlan dosén kuring asup ka rohangan kelas, anjeunna langsung siap-siap ngamimitian kuliahna. Ti mimiti ngaluarkeun léptop, terus ngahurungkeun infokus ngarah bahan kuliahna bisa katingali ku saréréa. Infokus geus hurung, bahan kuliah si bapa gé katingali ngan rada burem. Mahasiswa langsung réang protes pédah gambarna teu katingali. Kabeneran kuring nu diukna di hareup deukeut pisan kana infokus langsung jut nangtung tina korsi, pikeun menerkeun éta gambar infokus. Ku kuring lénsa infokus diputerkeun nepika gambarna jadi cékas pisan. Ampir kabéh mahasiswa sarurak pédah polah kuring nu geus menerkeun infokus. Aratoheun sigana mah bahan kuliah téh jadi katingali cékas pisan.
“Meni siga nu anéh, kitu-kitu wáe gé..” gerentes kuring dina hate. Tapi lila-lila aya hiji mahasiswa nu nyeletuk kieu “Haha, muka béngkel!”. Asalna mah kuring gé teu ngeuh kana omongan éta mahasiswa téh, ngan si Siti babaturan awéwé kuring mere nyaho éta.
“Is, Iis ceuk si Rayi muka béngkél cenah..”
“Hah naon? Muka béngkel?”
“Heu’euh cenah..hahaha”
Kuring ngahuleng, mikiran omongan si Siti bieu. “Gusti..teungteuingeun teuing? cing atuh padahal mah dijaga omongan téh da urang téh boga hate, kieu-kieu gé kuring téh hayang dihargaan embung dipoyok waé!”
Tungtungna kuring ngan bisa jamedud, Pa Darlan terus méré pangajaran mata kuliah dina poé ayeuna. Sabisa-bisa kuring nahan kaambek nu aya, kuring muka kaca buku catetan nu pangtukangna, terus curat-coret didinya sugan susuganan rasa kaambék téh kapalidkeun.
Las deui inget kana kajadian nu liana nyaéta bedana sikep batur ka kuring anu beda pisan mun dibandingkeun jeung ka babaturan kuring anu katelah boga rupa nu geulis. Ari ka nu geulis mah sikepna téh sok alus, bahasana lemes, handap asor, jeung ngahormat. Tapi ari bagéan kuring? Naha sabalikna pisan tina sikep-sikep éta? naha hina pisan kitu mun miboga rupa nu biasa-biasa waé? nepika bisa kituna.
Ayeuna kuring geus rada répéh, cimata téh geus saat da meureun capéeun ari diceurikeun waé mah. Panto kamar kuring diketrok, teu lila kadéngé ema ngageroan ti luar.
“Is, kunaon? Waya atuh cacarita ka ema ari aya masalah mah..”
Kuring jempé, mikir asa can siap ari kudu cacarita ayeuna pisan ka ema. Mending engké waé nalika hate kuring geus tiis, ngarah nyaritana teu hoghag. Saenyana mah kuring asa teu pararuguh pisan naha bet kudu sakieu parnana pundung jeung nyeri hate pédah hal éta. Tapi da kumaha deui da nyeri haté mah karasa waé.
Kuring geus répéh bener, geus bisa hudang tina kasur da karasa cangkeul ari nangkuban waé mah. Kuring leumpang, ngadeukeutan kaca nu napel dina tembok. Kuring ngilik-ngilik rupa kuring ayeuna, katingali panon beureum jeung barintit bawaning ku lila ceurik. Kuring neuleuman panon sorangan, néangan katenang nyobaan ngarépéhan manéh bener-bener. Kuring inget kana omongan kieu “geulis atawa kasép téh relatif, kumaha batur ningalina jeung kumaha diri urang sorangan ngokolakeun nu aya nu dina diri urang”. Loba pisan anu ngomongkeun ka kuring omongan téori geulis atawa kasép téh, lain hiji atawa dua urang.
Pikiran kuring muter, mikiran omongan éta .
“Berarti geulis atawa kasep téh kumaha urang sorangan, nya ari panialaian batur mah keun waé kumaha maranéhna ngan, saacan batur nganilai diri urang kumaha. Urang heula kudu ngira-ngira jeung nyiapkeun bakal kumaha diri urang dihareupeun batur téh”.
Meni karasa tiis pisan hate téh bieu bisa mikir kitu, naha teu tikamari nya? Jeung naha omongan éta téh karék kainget ayeuna. Mun ti mimiti mikir kitu mah pasti kaayaan kuring ayeuna moal kieu. Panon kuring ngarérét kana tembok beulah kénca, katingali aya poto kuring jeung babaturan keur jaman SMA. Meni asa nineung pisan, dina poto téh di gigireun beulah katuhu kuring aya si Ela, terus di beulah kéncana aya si Risma. Meni asa sono pisan, baréto mah layeut pisan jeung babaturan téh. Ditingali rupa babaturan téh, nu itu kieu, nu ieu kieu katingali pisan bédana . Tina béda éta kuring ngarasa aya  sima nu kaluar tina pameunteuna séwang-séwangan.
Tina hal sakolébat éta kuring manggihan yén béda téh mangrupakeun ciri tina idéntitas urang. Jeung deuih béda ogé salah sahiji kaunikan anu bisa katingali ku batur. Soal panilaian batur mah mangrupakeun salah sahiji respect batur tina kaayaan diri urang.

The bursting out jackpot – no matter what anyone says – so what
This is the difference between me and you
The bursting out jackpot – till we finish, we   can’t stop
You always find out that it hurts after it shatters
That’s what you’re only at that spot
            ----NU’EST- FACE

   Kuring imut dina hareupeun kaca, imut ka kalangkang sorangan. Ayeuna kuring indit ti hareupeun kaca, terus leumpang ka deukeut panto kamar. Kuring rék nyampeurkeun ema jeung abah terus nyarios ka duanana “Kuring teu kunanaon” ngarah anjeun duanana teu hariwangeun deui.
Kuring ngarampa gagang panto jeung muterkeun koncina.

Ceklék!**



                                                                                                                        Rancaékék, 13 juni 2013




Minggu, 30 September 2012


warning : this Conversation is fiction , bin teu nyata!! haha
original cretaed by Sunt Q



Kamis, 13 September 2012

Carita Rakyat Sumbawa "La Golo"


La Golo
Carita ieu asalna ti Dompu. Salah sahiji Kabupaten di Sumbawa. Aya sapasang salaki pamajikan nu kacida beungharna. Geus lila maranehna kawin tapi can miboga wae budak, kusabab hal eta maranehna teh ngarasa tunggara.

Dina hiji poe, si salaki nyarita ka pamajikannana. “Nyi, harta urang geus kacida lobana, tapi teu aya nu jadi ahli warisna mun urang geus maot". Ngadengé caritaan salakina, haté pamajikanna kacida sedihna “kami gé tos lami ngemutan éta, ngan teu wantun ngadugikeun ka Aa.” Ceuk pamajikannana. Ti saprak éta, maranéhna getol ngadu’a kanu Maha kawasa ngarah dipaparinan boga budak. Tungtungna mah du’ana diijabah. Si Pamajikan ngajurukeun budak lalaki anu dibéré ngaran La Golo. Tileuleutik La Golo sok diogo ku kolotna. Akibatna, La Golo jadi budak nu kedul, nyahona téh ngan tuang hungkul. Sagala kahayangna kudu dicumponan. Ampir unggal poé La Golo gelut jeung babaturanna, La Golo ogé sok ngalawan ka kolotna téh. Ku kaayaan kitu matak kolotna sedih pisan.

Dina hiji poé, kolotna téh keur ngomongkeun budakna. Si salaki nyarita “baréto kami mere ngaran ka pun anak La Golo, maksudna ngarah geus gedé make pakarang golok (bedog), manéhna bisa muka tegal anyar ngarah kebon urang beuki lega. Eh, kaayaaanna kalah sabalikna”.

Ngadéngé caritaan éta pamajikanna sedih. Tungtungna mah maranéhna sapuk rék miceun budakna.
Hiji poé, disiapkeun bekel nu rada réa jeung deungeunna nu ngeunah-ngeunah. Ningali Indungna masak, La Golo nanya ka Indungna “rék aya naon nepika Indung masak tuangeun nu kacida ngeunahna?” Indungna nembalan yén Bapakna rék kaleuweung néangan suluh jeung La Golo. Sapertilu tuangeun nu geus dipasak baé dituang ku La Golo saacan indit, sedengkeun sésana dijadikeun bekel. La Golo kacida bungahna ngadéngé jawaban indungna. sakocépat, tuangeun nu disiapkeun ku manéhna dibéakkeun. Tuluy, bari mawa parang, manéhna indit jeung Bapana ka leuweung.

Ahirna, maranéhna nepi di tengah leuweung. Tatangkalan di leuweung éta leubeut jeung baradag. nepi wé dina hji tangkal nu paling badag. Bapana eureun terus nyarita ka La Golo “Anaking, urang eureun didieu. Ieu tangkal nu ku urang téangan. Ieu téh tangkal “Wuwu” nu réa cagakna.  Mun urang nuar hiji tangkal ieu, urang bisa meunang suluh loba. Ngarah teu rusak, pas tangkal ieu rék runtuh, manéh kudu nyekelan tangkal ieu”. 

“Enya pak,  tembal La Golo”.

Basa tangkal éta rék runtuh, La Golo nahan ku awakna nu gedé.  Ngan pédah tangkal téh kacida gedéna, awak La Golo ancur katingang tangkal éta.

Saenggeus sabaraha lila, Bapana nungguan nepika euweuh tanda-tanda La Golo hirup. Haténa bungah pisan. Pas nepi diimah manéhna nyaritakeun sagala kajadianana.  Isukna, disiapkeun du’a rowa (du’a arwah) keur budakna nu maot.  Hiji domba jalu nu gedé dipeuncit pédah para tatanga rék diondang. 

Pas tamu rék diondang ku béja, Indungna La Golo reuwas pisan. Ujug-ujug La Golo geus nangtung di hareupeunana. Tungtungna, kabéh pasakan nu geus disiapkeun dituang ku La Golo sahabekna.

Saenggeus kajadian éta, La Golo teu rubah adatna. Malah bangorna beuki parna. Kusabab kitu, kolotna beuki tunggara. Maranéhna ngarencanakeun mawa La Golo ka leuweung nu jauh pisan.

Kawas biasana, Indungna masak sangu jeung deungeunna loba pisan jeung ngareunah. Bapana rék mawa Ponda (wadah cai) nu geus garing. Ponda ieu bisa ngaluarkeun sora “Hooooo”  kawas jelema nembalan mun ditiup atawa katiup angin.
Saenggeus leumpang tujuh poé tujuh peuting, La Golo jeung Bapana nepi di leuweung nu rék disaba. Didinya aya tangkal Duet nu buahna geus arasak. La Golo geus ngaruy ningali buah Duet nu aramucuy kitu. Geuwat manehna naék kana tangkalna. Ari Bapana indit ninggalkeun. Pas La Golo nyelukan, Bapana nembalan “Hoooooo”. Tenang hate La Golo.

Saenggeus wareg nuang buah Duet, La Golo jut turun neangan Bapana. Néang Bapana ka asal sora nu tadi. Ngan, nu dipangihan téh buah Ponda. Ayeuna, La Golo nyadar kolotna ngahaja miceun manéhna kusabab adatna nu goréng patut. Manéhna nyobaan balik deui ka imahna tapi teu bisa.

Dina hiji poé, ditengah leuweung éta La Golo ningali hiji jalma nu keur leleumpangan siga manéhna. Mimitina mah, manéhna sieun. Terus ngawawanikeun manéh nanya jalma nu tadi. Maranéhna wawanohan. Ngaran jalma nu tadi téh Sandari. Teu lila, ti kajauhan maranéna ngadéngé sola jalma nu keur ngarobrol. Beuli lila, beuki jelas baé. Tungtungna mah patepung terus wawanohan. Maranéhna silih carita  naha nepika bisa cicing di tempat éta. Geningan maranéhna téh budak bangor nu teu dipikahayang ku kolot-kolotna. Ngarana La Ngepe jeung La Bonggo.

Opat urang éta ahirna jadi sobat. Maranéhna sapuk ngangkat La Golo jadi pupuhu. Maranéhna ayeuna kudu gawé bener-bener néangan bungbuahan jeung beuti-beutian keur dituang.

Hiji poé, maranéhna pangih jeung sakadang uncal. La Golo hayang miboga kapinteran lumpat siga uncal. Saenggeus badami jeung sobatna, ahirna mah maranéhna bebeja ka sakadang uncal éta, “Hei uncal, daék teu manéh ngajarkeun elmu lumpat ka kami?”
“mangga waé..” tembal uncal téh. Maranéhna opatan ayeuna boga élmu lumpat sagancang uncal. Terus, maranéhna pangih jeung sakadang monyét nu badag pisan. Monyét éta dipénta sangkan ngajarkeun élmu naék tatangkalanna. Teu lila, maranéhna pangih jeung sakadang munding leuweung nu tanukna kacida kuatna. Maranéhna ngarasa can lengkep mun can miboga elmu ntumbu (ngadu sirah) nu dipiboga ku mundiong leuweung éta. Ahirna, munding téh ngajarkeun elmu tubruk sirahna.

Dina hiji poé, La Golo boga usul keur néangan lauk di laut. Babaturan nu liana nga’enyakeun. Terus maranéhna leumpang rék ka teluk leutik nu tenang caina. Pancén kahiji nyaéta ngabendung teluk éta . pancén ieu keur Sandari, duméh Sandari nyaéta pager pangwates cai. Sakocépat, cai laut téh geus garing jeung katingali lauk-lauk tinggolépar. Saenggeus éta La Ngepe boga pancén néwak lauk-lauk éta. Ngepe dina basa Bima nyaéta néwak lauk. Saréngsé lauk ditéwakan, La Golo nu ngumpulkeun éta lauk.

Sapék maranéhna keur reureuh bari mikirkeun kumaha cara meunangkeun seuneu keur meuleum lauk-lauk éta, katingali haseup seuneu ti kajauhan. La Golo ménta meuleum lauk. Nu kabagéan kahiji nyaéta Sandari. Haseup nu mulek éta gening datang ti hiji-hijina imah didinya. Imah éta kabogaan sajodo buta. Nyaéta Ompu jeung Wa’I Ranggasana (aki jeung nini buta).

Pas nepi didinya, Sandari geuwat menta ijin keur meuleum lauk. Mun diijinan, sawaréh laukna rék dibikeun keur nganuhunkeun. Ti jero imah, kadéngé tembalan nu pikasieuneun, “Lain laukna hungkul nu rék dihakan ku kami, jelema na gé rék dihakan nepika beak. Tunguan…!”. Ngadéngé sora éta, Sandari lumpat ngabarebet nepika ningalkeun kabéh laukna. Sandari ngabéjakeun kajadian éta ka babaturanna.

Ayeuna, nu meunang bagéan indit nyaéta La Ngepe jeung La Bonggo. “Indit maraneh duaan, buru urang geus lapar pisan!!!”. Titah La Golo.

Duanana indit, sewing-séwangan mangul lauk nu lumayan loba. Ngan, maranéhna ngalaman nasib nu sarua siga Sandari. Najan hahehoh keneh, maranéhna ngabéjakeun kajadinanna ka La Golo. Ahirna, La Golo indit ka imah Ompu jeung Wa’I Ranggasasa dituturkeun babaturanna.

La Golo ogé meunang témbalan nu sarua ti dua buta éta. Ngan La Golo teu geumpeur nyanghareupan Ompu Ranggasasa. Make sora nu lantang, manéhna nantang Ompu Ranggasasa.

Pas Ompu Ranggasasa siap rék nyerang, La Golo geus siap ku élmu ntumbuna. Pas buta nyerang, La Golo maju nubrukkeun sirahna. “Beledug!!” sirah kaduana paadu tarik pisan. Si buta ngajerit kanyenyerian. Ompu Ranggasasa paéh harita. Ngarah aman, Wa’I Ranggasasa ogé dipaéhan.

Maranéhna opatan ayeuna nyicingan imah buta éta. Terus ngabeuleum lauk sawaregna didinya. Las bekel tuangeun geus beak, ahirna maranéhna lalampah deui. Nepi wé di hiji désa nu teu pati ramé. Ti penduduk désa éta maranéhna ngadéngé yén di istana keur aya raraméan. Rahayat di istana keur suka bungah ngilu sagala sayembara.

La Golo ge ngilu tanding. Make élmu lumpat nu dibéré uncal, manéhna jadi jawara lumpat. Maké élmu tuak-taék nu diajarkeun ku sakadang monyét, La Golo jadi jawara naék tangkal jambé anu diolesan ku minyak. Loba pisan hadiah nu dibeunangkeunana.

Ayeuna, bagéanna ngilu sayembara ntumbu ngalawan jagoan istana. Didukung ku babaturanna jeung tekad nu buleud, La Golo maju. Manéhna diuk sila pinuh rasa hormat di hareupeun raja, ningalikeun kasegutanana ngilu ntumbu ngalawan jagoan istana.

Sakeudeung deui sayembara rék dimimitian. Raja sorangan nu mingpin jalanna sayembara. Sirah peserta ditalian ku pita warna konéng, raja ngahempekkeun kadua pamaén maju ka hareup nangtung pahareup-hareup dijarakan lima depa. Raja mere panunjuk jalanna sayembara.

Aba-aba geus dikaluarkeun, kadua pamaén geus siap ngalaga. Sora arubana (rebana) nu nabeuhan sayembara geus titadi réang. Sirah maranéhna geus siap nubruk kawas munding leuweung. Pas kadéngé aba-aba jeung bandéra konéng diragragkeun, La Golo lumpat terus luncat ka arah musuhna kawas munding leuweung, jeung “Caaaaak!!!!” sirah maranéhna diadu, kadéngé aduan nu tarik pisan. Jagoan istana ngagoak terus labuh teu éling. La Golo jadi jawara dina sayembara. Para penonton émprak jeung muji kaalusan La Golo.

Carita ieu mere urang pangajaran sangkan, urang tong jadi budak nu ogo. Mun urang hayang pinter, kudu rajin diajar jeung guguru ka saha waé.



 Nami : Irma Susanti
NPM  : 180210110028



http://dongeng.org/cerita-rakyat/la-golo.html#more-670